Bagi yang sehari-hari beraktifitas menggunakan komputer, tentu banyak yang memiliki kebiasaan bekerja sambil mendengarkan musik lagu-lagu kesayangan dari koleksi MP3 di komputer.
Tidak jarang kita menyimpan puluhan, ratusan bahkan sampai ribuan lagu, yang tentu saja menyita cukup banyak ruang di hardisk komputer. Walaupun file berekstensi MP3 adalah file yang sudah terkompres, tetap saja jika jumlahnya banyak tentu menjadi ukuran yang sangat besar di dalam hardisk.
Pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ruang lapang pada hardisk atau pada komputer-komputer lawas dengan ukuran hardisk terbatas, jalan paling mudah dan murah untuk menambah ruang hardisk yang umum diambil adalah dengan menghapus file-file lama yang sudah tidak terpakai atau memindahkan ke media penyimpanan lain seperti CD, flashdisk atau media penyimpanan lainnya. Tidak jarang beberapa lagu koleksi MP3 kita pun mau tak mau harus dikorbankan untuk itu.
Namun sebelum lagu koleksi MP3 kita hapus atau pindahkan, tidak ada salahnya tips berikut ini coba dijalankan lebih dahulu. Dengan cara mengurangi ukuran file MP3 kita, siapa tahu lagu kesayangan kita tidak perlu dihapus dan tetap bisa kita nikmati sambil mengerjakan pekerjaan kita.
Bagaimana cara mengurangi ukuran file MP3? relatif mudah. Cukup dengan memanfaatkan beberapa software gratisan (freeware) yang tersedia di internet, kita bisa mengurangi ukuran file MP3 kita dan membuat lebih lapang ruang di hardisk komputer.
1. Menurunkan Bit Rate
Cara yang paling lazim digunakan untuk mengurangi besar ukuran file MP3 adalah dengan menurunkan Bit Rate-nya. Ukuran Bit Rate ini bisa dilihat pada player (Winamp, Media Player, dll) saat lagu dijalankan, atau jika komputer menggunakan sistem operasi Windows XP, bisa dilihat dari View – Details, kemudian klik kanan bar Name dan pilih Bit Rate. File MP3 pada umumnya mempunyai Bit Rate sebesar 128 kbps.
Untuk menurunkan Bit Rate bisa dipilih Musicmatch Jukebox yang bisa diunduh (download) di http://www.musicmatch.com. Aplikasi ini berfungsi utama sebagai media player, tapi juga menyediakan fasilitas untuk konversi file MP3, WAV dan mp3PRO. Ada pilihan Free yang gratis dan Plus yang berbayar untuk aplikasi ini. Namun yang Free saja rasanya sudah cukup lengkap fasilitasnya. Saat ini saya masih menggunakan versi 7.5 yang sudah cukup lawas tapi masih cukup ampuh digunakan di komputer uzur saya.
Untuk merubah Bit Rate cukup dengan klik File – Convert Files. Ada pilihan ‘Source Directory’ file MP3 yang ingin dirubah dan ‘Destination Directory’ untuk memilih folder tempat meletakkan file yang telah dirubah. Tekan ‘Select All’ jika ingin memilih semua file untuk dirubah. Jika ingin memilih file tertentu, tekan [Ctrl] di keyboard dan klik file yang dipilih. Apabila masih ingin menyimpan file aslinya, sebaiknya tempatkan ‘Destination’ pada folder yang berbeda dari ‘Source’ agar file asli tidak tertimpa file hasil konversi.
Pastikan ‘Destination Data Type’ adalah MP3 dan pada slider dibawahnya, tentukan Bit Rate yang diinginkan (dari default 128 kbps), kemudian klik Start.
Biasanya saya turunkan Bit Rate ke angka 96 kbps. Pada angka ini, ukuran file yang terpangkas cukup besar tanpa banyak mengurangi kualitas suaranya yang terdengar. Bila kualitas suara bukan merupakan prioritas, berdasarkan pengalaman, file yang diturunkan sampai 56 kbps pun masih baik didengar untuk komputer dengan memory rendah, soundcard onboard dan speaker system low-end standar atau yang ‘biasa-biasa saja’.
Hanya saja, saya tidak menyarankan file MP3 56 kbps ke bawah untuk digunakan pada MP3 player. Pada MP3 player kebanyakan, beberapa file MP3 56 kbps bisa jadi terdengar seperti terputus-putus walaupun terdengar baik bila dimainkan di komputer.
Catatan:
Bila file MP3 diturunkan ke 20, 18, 16 atau 8 kbps, file menjadi 1 track (mono). Ini bisa dimanfaatkan bila ingin menempelkan (embed) file MP3 ke dalam aplikasi lain, seperti Flash, PowerPoint, dll untuk mengurangi dan tidak memberatkan ukuran file.
2. Membuang durasi yang tidak diperlukan
Pada satu lagu, umumnya ada jeda waktu beberapa detik di awal sebelum dimulai lagu dan di akhir setelah lagu selesai. Untuk mengurangi ukuran file MP3, dapat juga disiasati dengan membuang jeda waktu yang terlalu lama, baik di awal atau akhir lagu. Yang biasa saya lakukan adalah dengan mengatur jeda waktu 1 detik di awal lagu dan 2 detik di akhir lagu. Dapat juga dengan pola lain, misalnya 0.5 detik di awal dan 1 detik di akhir lagu, dst.
Untuk ini, saya gunakan software gratis Audacity yang diunduh dari http://audacity.sourceforge.net. Untuk memotong jeda waktu yang tidak diperlukan, cukup dengan memblok durasi yang ingin dibuang dengan mouse atau dengan memanfaatkan kombinasi tombol [Ctrl], [Shift] dan tombol panah ke kanan atau kiri di keyboard kemudian tekan [Delete].
Catatan:
Anda harus berhati-hati menentukan titik awal dan akhir lagu yang tepat, bila tidak ingin lagu terdengar seperti masuk tiba-tiba atau berakhir terputus tiba-tiba. Lebih baik gunakan earphone daripada speaker saat mengedit untuk mendengarkan ketepatan suara yang lebih baik. Jika diperlukan, agar lagu terdengar mulus saat masuk dan saat berakhir, gunakan fasilitas Fade In untuk awal lagu atau Fade Out untuk akhir lagu. Caranya dengan memblok sepersekian detik bagian awal lagu atau akhir lagu kemudian pilih Effect – Fade In atau Fade Out.
Sebagai alternatif lain, bisa digunakan aplikasi Sonic Foundry Sound Forge atau yang sekarang namanya menjadi Sony Sound Forge. Software ini sangat baik digunakan untuk mengedit lagu, hanya saja aplikasi ini tidak gratis, tapi berbayar. Bagi yang mampu, rasanya software ini layak menjadi pilihan utama. Saya masih menggunakan versi lawas Sonic Foundry Sound Forge 6. Saat ini versi terakhir aplikasi ini adalah Sony Sound Forge 8.
3. Hapus ID3 Tag
Perhatikan pula apakah pada file MP3 yang anda miliki terdapat ID3 Tag yang berisi informasi judul lagu, nama artis, judul album, tahun, genre, dll dari lagu tersebut. Bila ada, tahukah anda dengan menghapus ID3 Tag anda bisa mengurangi ukuran file? Memang tidak besar, hanya mengurangi ukuran satu file MP3 sekitar 2 kb saja. Tapi bayangkan jika ada 1000 lagu berformat MP3 di hardisk, anda bisa lumayan menghemat ruang sebesar 2000 kb atau sampai 2 MB! setara dengan 1 lagu MP3 dengan Bit Rate 128 kbps berdurasi kurang lebih 2 menit.
Buat anda pengguna Winamp, ID3 Tag bisa dilihat dan dihapus dengan cara klik kanan mouse pada lagu dalam Playlist, pilih View File Info kemudian hilangkan tanda check pada checkbox ‘ID3v1 Tag’ dan ‘ID3v2 Tag’ lalu klik Update. Namun cara ini cukup menyita waktu karena harus dilakukan satu per satu lagu.
Agar lebih cepat, gunakan saja software yang mampu menghapus ID3 Tag file MP3 dalam jumlah banyak sekaligus. Software gratis Multi ID3 Tag Editor yang diunduh dari http://stud.usv.ro/~alexbu bisa menjadi pilihan. Selain bisa menyingkat waktu dan mudah digunakan, setup filenya pun hanya 835 kb.
Setelah diinstal, bukalah aplikasi ini, Add lagu yang ingin dihapus ID3 Tag-nya ke dalam Playlist, pilih Select All kemudian klik Remove ID3 Tags – Remove All ID3v1 & ID3v2 Tags. Klik Yes untuk mulai menghapus.
Catatan:
Sebelum anda menghapus, pastikan anda benar-benar TIDAK MEMBUTUHKAN informasi dari ID3 Tag file-file tersebut jika tidak ingin menyesal nantinya. Karena bagi sebagian orang, ID3 Tag ini justru menjadi bagian paling penting dalam sebuah file MP3. Pastikan juga file name MP3 anda sudah mencakup judul lagu dan penyanyinya. Jika tidak, MP3 dengan file name “Track 01” misalnya, tanpa informasi ID3 Tag tentu akan membuat kebingungan.
4. Tips Tambahan
Terakhir, saya ingin menambahkan tips untuk membuat kita lebih nyaman menikmati lagu-lagu kesayangan lewat komputer.
Bila anda dengarkan, seringkali ada perbedaan volume suara antara satu lagu dengan lagu lainnya, satu lagu mungkin terdengar lebih keras atau lebih pelan dibanding lagu lain, sehingga mau tak mau kita harus merubah-rubah Volume Control komputer atau player saat pergantian lagu.
Jika hal itu merepotkan dan membuat kurang nyaman untuk menikmati lagu, maka sebaiknya kita seragamkan saja volume lagu koleksi lagu MP3 kita.
Untuk itu saya rekomendasikan gunakan software gratis MP3Gain yang bisa diunduh di situs http://mp3gain.sourceforge.net. Dengan aplikasi ini, volume lagu MP3 bisa dibuat sama dengan cara mudah. Hanya dengan memasukkan semua koleksi file lagu-lagu MP3 kita dalam aplikasi ini (sebelumnya pastikan file MP3 kita TIDAK beratribut Read Only), kemudian tentukan Volume yang kita inginkan dan klik Gain, tunggu prosesnya sampai selesai, maka semua koleksi MP3 kita otomatis mempunyai volume sama. Kita tidak perlu repot lagi membesarkan atau mengecilkan volume saat pergantian lagu.
Catatan:
Saran saya, gunakan saja Volume default 89 dB sebagai patokan. Volume yang terlalu tinggi pada lagu bisa membuat Clipping alias suara yang terlalu keras, yang terdengar kasar dan pecah.
Setelah semua proses diatas selesai, jangan lupa untuk melakukan perawatan standar pada komputer anda. Lakukan Disk Cleanup dan Defragmentation.
Sekarang cobalah bandingkan ukuran file koleksi MP3 kita sebelum dan sesudah langkah-langkah diatas dijalankan. Berkurang cukup banyak bukan? Hardisk jadi lebih lapang dan koleksi lagu-lagu kesayangan lebih nyaman dinikmati. Tanpa harus menghapus lagu kesayangan, siapa tahu kita malah bisa menambah koleksi lagu MP3 di komputer.
Selamat mencoba!
Tuesday, March 27, 2007
Tuesday, March 13, 2007
Dunia Kita ... atau Dunia Mereka (?)
Siang tadi sempat sekilas menyimak acara DUNIA KITA dari VOA (Voice of America) News Indonesia yang tayang di MetroTV pukul 11.30-12.00 wib. Kebetulan tema hari ini tentang pedagang kaki lima dan pasar tradisional di Washington DC, ibukota Amerika Serikat.
Menariknya, 1 orang turis lokal, yang ditanya kesannya saat berbelanja di pedagang kaki lima, kurang lebih mengatakan senang karena dengan membeli dari kaki lima setidaknya ia juga bisa membantu kehidupan pedagang kaki lima tersebut. Rupanya hampir seluruh pedagang kaki lima yang berjualan di Washington DC adalah kaum imigran, terutama asal Timur Tengah dan Afrika.
Begitu juga 1 orang pengunjung pasar tradisional yang diwawancara mengapa pergi ke pasar tradisional menjawab, selain karena barang dagangannya lebih segar, juga karena bisa membantu para petani yang hasil pertaniannya dijual di pasar tersebut. Rupanya pasar tradisional menjadi sarana para petani kecil disana untuk memasarkan hasil produksinya, sementara hanya petani besar sanggup menjadi pemasok bagi supermarket dan pusat perbelanjaan modern lainnya.
Itu di Washington DC! Bagaimana dengan kita di Indonesia, khususnya yang tinggal di ibukota Jakarta?
Pernahkah kita juga memikirkan kehidupan para pedagang kaki lima bersama keluarganya, dan membeli dengan niat hati membantu kehidupan mereka?
Atau pergi berbelanja ke pasar tradisional, dengan niat hati membantu kehidupan petani kita, nelayan kita atau siapapun juga yang hasil keringatnya kita konsumsi dan nikmati setiap hari???
Menariknya, 1 orang turis lokal, yang ditanya kesannya saat berbelanja di pedagang kaki lima, kurang lebih mengatakan senang karena dengan membeli dari kaki lima setidaknya ia juga bisa membantu kehidupan pedagang kaki lima tersebut. Rupanya hampir seluruh pedagang kaki lima yang berjualan di Washington DC adalah kaum imigran, terutama asal Timur Tengah dan Afrika.
Begitu juga 1 orang pengunjung pasar tradisional yang diwawancara mengapa pergi ke pasar tradisional menjawab, selain karena barang dagangannya lebih segar, juga karena bisa membantu para petani yang hasil pertaniannya dijual di pasar tersebut. Rupanya pasar tradisional menjadi sarana para petani kecil disana untuk memasarkan hasil produksinya, sementara hanya petani besar sanggup menjadi pemasok bagi supermarket dan pusat perbelanjaan modern lainnya.
Itu di Washington DC! Bagaimana dengan kita di Indonesia, khususnya yang tinggal di ibukota Jakarta?
Pernahkah kita juga memikirkan kehidupan para pedagang kaki lima bersama keluarganya, dan membeli dengan niat hati membantu kehidupan mereka?
Atau pergi berbelanja ke pasar tradisional, dengan niat hati membantu kehidupan petani kita, nelayan kita atau siapapun juga yang hasil keringatnya kita konsumsi dan nikmati setiap hari???
Wednesday, March 07, 2007
Tentang Hati (di Republik ini)
sakitnya menjadi
semakin tak tertahan lagi
aku iris dada ini
aku belah dada ini
aku ambil hati yang sakit ini
ternyata sudah meradang oleh sejuta tanya
yang tak satu pun pernah beroleh jawab
aku bawa hati yang sakit ini
ke tempat yang mereka sebut rumah rakyat
aku letakkan hati yang meradang ini
diatas meja mereka yang menyebut diri wakil rakyat
wakil kita
“hati ini sakit karena letih terus meradang tanya,
tolonglah bantu mendapatkan jawaban pasti”
sebagian lalu mengiris dan membelah dada
ikut mengambil hati mereka
menunjukkan sambil berpadu suara
“kami pun mencari jawaban,
kami tak punya kuasa atas semua,
kami punya keterbatasan,
kami bukan sang penguasa,
kami bukan sang nomor satu”
sebagian lain mencibir mulutnya
sebagian sembunyi di bawah kursinya
aku bawa hati yang sakit ini lagi
kepada yang mereka sebut sang nomor satu
aku letakkan hati yang semakin meradang ini
diatas lantai di depan singgasananya
sang nomor satu tercenung
sebelum aku sempat berujar dia berkata
“taruhlah hatimu pada dinding istana,
biar kami semua penghuni istana ini,
lantas teringat dan bisa menulis jawabnya”
aku bawa hati yang sakit ini sekali lagi
menuju dinding yang mengelilingi istana
semakin dekat aku semakin bergidik
dinding istana republik ini
yang terlihat kokoh dari kejauhan
ternyata tersusun dari tumpukan hati
ribuan mungkin jutaan jumlahnya
tumpukan hati manusia yang sakit
karena tertindas
karena teraniaya
karena tersingkirkan
karena tergusur
karena terdiskriminasi
yang bertanya tanpa pernah beroleh jawab
hingga terbiar terlupa ditelan waktu
sampai akhirnya membusuk dan mati
*)
terinspirasi puisi ‘BERHATI TAK BERPERASAAN’ karya Remy Silado
didedikasikan untuk korban penghilangan paksa 13 aktivis pada masa 1997-1998
“Kita pahlawan di saat kita jadi yang seharusnya
melawan kekuasaan yang berubah jadi kekerasan”
(Remy Silado – BERHATI TAK BERPERASAAN)
semakin tak tertahan lagi
aku iris dada ini
aku belah dada ini
aku ambil hati yang sakit ini
ternyata sudah meradang oleh sejuta tanya
yang tak satu pun pernah beroleh jawab
aku bawa hati yang sakit ini
ke tempat yang mereka sebut rumah rakyat
aku letakkan hati yang meradang ini
diatas meja mereka yang menyebut diri wakil rakyat
wakil kita
“hati ini sakit karena letih terus meradang tanya,
tolonglah bantu mendapatkan jawaban pasti”
sebagian lalu mengiris dan membelah dada
ikut mengambil hati mereka
menunjukkan sambil berpadu suara
“kami pun mencari jawaban,
kami tak punya kuasa atas semua,
kami punya keterbatasan,
kami bukan sang penguasa,
kami bukan sang nomor satu”
sebagian lain mencibir mulutnya
sebagian sembunyi di bawah kursinya
aku bawa hati yang sakit ini lagi
kepada yang mereka sebut sang nomor satu
aku letakkan hati yang semakin meradang ini
diatas lantai di depan singgasananya
sang nomor satu tercenung
sebelum aku sempat berujar dia berkata
“taruhlah hatimu pada dinding istana,
biar kami semua penghuni istana ini,
lantas teringat dan bisa menulis jawabnya”
aku bawa hati yang sakit ini sekali lagi
menuju dinding yang mengelilingi istana
semakin dekat aku semakin bergidik
dinding istana republik ini
yang terlihat kokoh dari kejauhan
ternyata tersusun dari tumpukan hati
ribuan mungkin jutaan jumlahnya
tumpukan hati manusia yang sakit
karena tertindas
karena teraniaya
karena tersingkirkan
karena tergusur
karena terdiskriminasi
yang bertanya tanpa pernah beroleh jawab
hingga terbiar terlupa ditelan waktu
sampai akhirnya membusuk dan mati
*)
terinspirasi puisi ‘BERHATI TAK BERPERASAAN’ karya Remy Silado
didedikasikan untuk korban penghilangan paksa 13 aktivis pada masa 1997-1998
“Kita pahlawan di saat kita jadi yang seharusnya
melawan kekuasaan yang berubah jadi kekerasan”
(Remy Silado – BERHATI TAK BERPERASAAN)
Subscribe to:
Posts (Atom)