Bila kukenangkan masa hidupmu... MariaLagu ini diciptakan oleh Yok Koeswoyo, pemain bass, untuk mengenang mendiang istrinya. Pada suatu hari mereka mengalami kecelakaan lalulintas. Yok bisa selamat, namun sayang istrinya tewas akibat kecelakaan itu. Ironisnya, suami istri itu sebenarnya justru sedang bertengkar saat kecelakaan terjadi (perhatikan lirik "senja itu aku pergi bersamamu, tiada senyuman kau berikan padaku").
Kasih dan sayangmu setulus hatimu padaku
Walaupun hidupmu penuh derita
Maria... Maria... Oh... Maria
Kau tinggalkan permata hatimu
(kenangan hidupmu)
Senja itu aku pergi bersamamu
Tiada senyuman kau berikan padaku
Namun kurasakan kasih sayangmu
Simak juga lagu "Tears in Heaven" yang diciptakan Eric Clapton untuk mengenang Conor, putranya yang baru berumur 4,5 tahun yang tewas karena terjatuh dari jendela lantai 53 apartemen di kota New York ke atap bangunan berlantai 4 di sebelahnya pada tahun 1991.
Atau lagu "In My Darkest Hour" yang ditulis Dave Mustaine, gitaris merangkap vokalis kelompok Megadeth di album So Far, So Good... So What! (1988) saat mengenang sahabatnya Cliff Burton, bassis kelompok Metallica yang tewas karena kecelakaan bus yang tergelincir akibat jalanan bersalju dekat kota Ljungby, Swedia saat Metallica mengadakan tur ke Eropa tahun 1986.
Semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu curahan hati melalui lagu yang diciptakan untuk mengenang seseorang yang telah tiada.
Ada pula cerita seorang istri yang sepanjang harinya kini hanya diisi dengan meratap dan menangis tiada henti setelah suaminya meninggal dunia. Padahal di masa suaminya masih hidup, begitu seringnya mereka bertengkar hanya karena sifat dan kebiasaan sang suami yang tidak rapi, cuek, tidak romantis, pulang kerja kegiatannya cuma membaca koran dan nonton TV, serta masih banyak sifat kebiasaan yang lain suaminya, begitu dibencinya. Namun setelah suami tiada, barulah disadari bahwa sifat dan kebiasaan yang begitu dibencinya dulu itulah ternyata justru yang membuatnya rindu sekarang ini.
Tidakkah kita sering mengalami keadaan yang sama? Betapa seringnya kita baru menyadari betapa sangat berartinya seseorang, justru setelah orang tersebut tiada?
No comments:
Post a Comment