sorry, ini bukan tulisan tentang the blues Chelsea :-)
Setelah sekian lama gak pernah dilirik, akhirnya ada juga acara TVRI yang jadi salah satu pilihan wajib tonton gue di TV. Musik Blues hadir di layar kaca lewat program Bintang Bintang Blues di TVRI.
Tapi sayangnya acara ini masih 2 minggu sekali di hari kamis malam mulai jam 21.30 setelah Dunia dalam Berita. Padahal beberapa tahun lalu, acara serupa di TVRI bertajuk Blues Night bisa ditayangkan tiap minggu.
Walaupun demikian, tetap salut untuk TVRI yang membawa kembali musik Blues ke layar kaca, bersama musik Keroncong, Campursari, Melayu, Country, dll. Semoga nanti ke depannya bisa tayang seminggu sekali seperti Blues Night dulu.
So, TVRI ... Thank you for bringing back the Blues!
Baca juga:
http://maskeliek.blogspot.com/2006/11/pagi-ini-blues.html
Friday, December 14, 2007
Monday, September 10, 2007
Bangsa Anak Bawang
Lihat pertandingan MyTeam Indonesia vs MyTeam Malaysia di TPI minggu 9 September 2007 kemarin: nggak ada seorang pun penonton yang terlihat berdiri saat lagu kebangsaan Malaysia diperdengarkan, seperti sikap seharusnya sebagai tanda penghormatan saat lagu kebangsaan dikumandangkan.
Yang lebih miris lagi: saat giliran lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang, terlihat hanya sebagian penonton yang kemudian berdiri. Sebagian lainnya tampak tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya.
Walaupun bukan dalam rangka pertandingan resmi, namun pemandangan ini sungguh memprihatinkan, karena disiarkan langsung televisi dan berlangsung di stadion terbesar di Indonesia, Gelora Bung Karno Senayan Jakarta.
Beberapa saat lalu saat turnamen sepakbola Piala Asia 2007 berlangsung, semua penonton semangat berdiri dan dengan khidmat bernyanyi "Indonesia Raya" setiap saat timnas berlaga. Namun saat pertandingan final antara Irak vs Saudi Arabia, lagi-lagi masih ada sebagian penonton yang memilih duduk manis saat lagu kebangsaan 2 negara tersebut dimainkan.
Masih teringat juga beberapa tahun lalu, sempat menonton pertandingan bola voli putri seri dunia antara Russia vs Jepang di Istora Senayan, sebagian penonton tetap duduk saat lagu kebangsaan berkumandang. Padahal announcer sudah meminta penonton untuk berdiri dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris.
Bagaimana orang mau menghormati kita jika kita sendiri tidak menghormati orang lain?
Apakah patut kita menyebut diri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat?
Masihkah kita mau terus mencap diri sebagai bangsa yang besar? Sementara sikap dan pola pikir kita masih kerdil?
Seperti istilah gedong alias gede-gede dongok' (bodoh). Cuma badan doank besar, tapi otak cupet blo'on.
Pantas saja jika kita jadi bulan-bulanan negara-negara lain, bahkan oleh negara-negara tetangga sebelah, yang sering melecehkan dan merendahkan kita, karena sesungguhnya harus kita sadari kita ini memang masih kampungan, ndeso dan katro'!
Seumpama dalam pertemanan di masa kanak-kanak, kita ini mungkin ibaratnya 'anak bawang'. Boleh ikut bermain cuma sebagai penggembira, tapi tidak dianggap apalagi masuk hitungan walau menang sekalipun.
"Lha kan saya yang menang?"
"Iya, tapi kamu kan anak bawang!"
Duh... kasian dech...
Yang lebih miris lagi: saat giliran lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang, terlihat hanya sebagian penonton yang kemudian berdiri. Sebagian lainnya tampak tidak beranjak sama sekali dari tempat duduknya.
Walaupun bukan dalam rangka pertandingan resmi, namun pemandangan ini sungguh memprihatinkan, karena disiarkan langsung televisi dan berlangsung di stadion terbesar di Indonesia, Gelora Bung Karno Senayan Jakarta.
Beberapa saat lalu saat turnamen sepakbola Piala Asia 2007 berlangsung, semua penonton semangat berdiri dan dengan khidmat bernyanyi "Indonesia Raya" setiap saat timnas berlaga. Namun saat pertandingan final antara Irak vs Saudi Arabia, lagi-lagi masih ada sebagian penonton yang memilih duduk manis saat lagu kebangsaan 2 negara tersebut dimainkan.
Masih teringat juga beberapa tahun lalu, sempat menonton pertandingan bola voli putri seri dunia antara Russia vs Jepang di Istora Senayan, sebagian penonton tetap duduk saat lagu kebangsaan berkumandang. Padahal announcer sudah meminta penonton untuk berdiri dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris.
Bagaimana orang mau menghormati kita jika kita sendiri tidak menghormati orang lain?
Apakah patut kita menyebut diri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat?
Masihkah kita mau terus mencap diri sebagai bangsa yang besar? Sementara sikap dan pola pikir kita masih kerdil?
Seperti istilah gedong alias gede-gede dongok' (bodoh). Cuma badan doank besar, tapi otak cupet blo'on.
Pantas saja jika kita jadi bulan-bulanan negara-negara lain, bahkan oleh negara-negara tetangga sebelah, yang sering melecehkan dan merendahkan kita, karena sesungguhnya harus kita sadari kita ini memang masih kampungan, ndeso dan katro'!
Seumpama dalam pertemanan di masa kanak-kanak, kita ini mungkin ibaratnya 'anak bawang'. Boleh ikut bermain cuma sebagai penggembira, tapi tidak dianggap apalagi masuk hitungan walau menang sekalipun.
"Lha kan saya yang menang?"
"Iya, tapi kamu kan anak bawang!"
Duh... kasian dech...
anak bawang dalam KBBI:
1 peserta bermain yang tidak masuk hitungan (hanya sbg penggenap atau ikut-ikutan saja); 2 anak kecil yg masih belum mengerti apa-apa;
Friday, July 27, 2007
arti seseorang (mengenang yang tiada)
Simaklah lirik lagu berjudul Maria dari kelompok Koes Plus berikut ini:
Simak juga lagu "Tears in Heaven" yang diciptakan Eric Clapton untuk mengenang Conor, putranya yang baru berumur 4,5 tahun yang tewas karena terjatuh dari jendela lantai 53 apartemen di kota New York ke atap bangunan berlantai 4 di sebelahnya pada tahun 1991.
Atau lagu "In My Darkest Hour" yang ditulis Dave Mustaine, gitaris merangkap vokalis kelompok Megadeth di album So Far, So Good... So What! (1988) saat mengenang sahabatnya Cliff Burton, bassis kelompok Metallica yang tewas karena kecelakaan bus yang tergelincir akibat jalanan bersalju dekat kota Ljungby, Swedia saat Metallica mengadakan tur ke Eropa tahun 1986.
Semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu curahan hati melalui lagu yang diciptakan untuk mengenang seseorang yang telah tiada.
Ada pula cerita seorang istri yang sepanjang harinya kini hanya diisi dengan meratap dan menangis tiada henti setelah suaminya meninggal dunia. Padahal di masa suaminya masih hidup, begitu seringnya mereka bertengkar hanya karena sifat dan kebiasaan sang suami yang tidak rapi, cuek, tidak romantis, pulang kerja kegiatannya cuma membaca koran dan nonton TV, serta masih banyak sifat kebiasaan yang lain suaminya, begitu dibencinya. Namun setelah suami tiada, barulah disadari bahwa sifat dan kebiasaan yang begitu dibencinya dulu itulah ternyata justru yang membuatnya rindu sekarang ini.
Tidakkah kita sering mengalami keadaan yang sama? Betapa seringnya kita baru menyadari betapa sangat berartinya seseorang, justru setelah orang tersebut tiada?
Bila kukenangkan masa hidupmu... MariaLagu ini diciptakan oleh Yok Koeswoyo, pemain bass, untuk mengenang mendiang istrinya. Pada suatu hari mereka mengalami kecelakaan lalulintas. Yok bisa selamat, namun sayang istrinya tewas akibat kecelakaan itu. Ironisnya, suami istri itu sebenarnya justru sedang bertengkar saat kecelakaan terjadi (perhatikan lirik "senja itu aku pergi bersamamu, tiada senyuman kau berikan padaku").
Kasih dan sayangmu setulus hatimu padaku
Walaupun hidupmu penuh derita
Maria... Maria... Oh... Maria
Kau tinggalkan permata hatimu
(kenangan hidupmu)
Senja itu aku pergi bersamamu
Tiada senyuman kau berikan padaku
Namun kurasakan kasih sayangmu
Simak juga lagu "Tears in Heaven" yang diciptakan Eric Clapton untuk mengenang Conor, putranya yang baru berumur 4,5 tahun yang tewas karena terjatuh dari jendela lantai 53 apartemen di kota New York ke atap bangunan berlantai 4 di sebelahnya pada tahun 1991.
Atau lagu "In My Darkest Hour" yang ditulis Dave Mustaine, gitaris merangkap vokalis kelompok Megadeth di album So Far, So Good... So What! (1988) saat mengenang sahabatnya Cliff Burton, bassis kelompok Metallica yang tewas karena kecelakaan bus yang tergelincir akibat jalanan bersalju dekat kota Ljungby, Swedia saat Metallica mengadakan tur ke Eropa tahun 1986.
Semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu curahan hati melalui lagu yang diciptakan untuk mengenang seseorang yang telah tiada.
Ada pula cerita seorang istri yang sepanjang harinya kini hanya diisi dengan meratap dan menangis tiada henti setelah suaminya meninggal dunia. Padahal di masa suaminya masih hidup, begitu seringnya mereka bertengkar hanya karena sifat dan kebiasaan sang suami yang tidak rapi, cuek, tidak romantis, pulang kerja kegiatannya cuma membaca koran dan nonton TV, serta masih banyak sifat kebiasaan yang lain suaminya, begitu dibencinya. Namun setelah suami tiada, barulah disadari bahwa sifat dan kebiasaan yang begitu dibencinya dulu itulah ternyata justru yang membuatnya rindu sekarang ini.
Tidakkah kita sering mengalami keadaan yang sama? Betapa seringnya kita baru menyadari betapa sangat berartinya seseorang, justru setelah orang tersebut tiada?
Wednesday, June 06, 2007
Mencari Sejarah
Hari ini, tanggal 6 Juni adalah tanggal kelahiran Ir. Soekarno alias Bung Karno, tokoh proklamasi dan presiden pertama Republik Indonesia.
Buat gue pribadi, sosok beliau adalah salah seorang dari sekian tokoh yang sedikit banyak telah menginspirasi kehidupan gue. Utamanya setelah gue membaca sebuah buku yang gue pinjam dari perpustakaan kampus tentang kehidupan beliau berjudul "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" yang diterjemahkan dari tulisan Cindy Adams, "Sukarno, Autobiography as told to Cindy Adams".
Hari ini, harian Kompas menurunkan tulisan Asvi Warman Adam seputar biografi Bung Karno tersebut, yang mengungkap bahwa versi terjemahan buku tersebut ternyata "berbeda" dengan versi asli buku dalam bahasa Inggris.
(baca http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0706/06/opini/3582633.htm)
Pelajaran yang gue dapet dari sini:
Jangan pernah membaca mentah-mentah isi buku terjemahan. Sedapat mungkin carilah versi dari bahasa asli buku tersebut sebagai pembanding. Karena siapa tau, terjemahan pun tidak akurat karena sudah dibelokkan, baik karena disengaja ataupun tidak.
Satu lagi, benarlah adanya ungkapan bahwa sesungguhnya kebenaran sejarah itu adalah sesuatu yang tidak pernah ada. Karena seperti di negeri tercinta ini, sejarah amat sangat ditentukan dan tergantung menurut versi rezim siapa yang sedang memegang kekuasaan.
... Merdeka!!!
Buat gue pribadi, sosok beliau adalah salah seorang dari sekian tokoh yang sedikit banyak telah menginspirasi kehidupan gue. Utamanya setelah gue membaca sebuah buku yang gue pinjam dari perpustakaan kampus tentang kehidupan beliau berjudul "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" yang diterjemahkan dari tulisan Cindy Adams, "Sukarno, Autobiography as told to Cindy Adams".
Hari ini, harian Kompas menurunkan tulisan Asvi Warman Adam seputar biografi Bung Karno tersebut, yang mengungkap bahwa versi terjemahan buku tersebut ternyata "berbeda" dengan versi asli buku dalam bahasa Inggris.
(baca http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0706/06/opini/3582633.htm)
Pelajaran yang gue dapet dari sini:
Jangan pernah membaca mentah-mentah isi buku terjemahan. Sedapat mungkin carilah versi dari bahasa asli buku tersebut sebagai pembanding. Karena siapa tau, terjemahan pun tidak akurat karena sudah dibelokkan, baik karena disengaja ataupun tidak.
Satu lagi, benarlah adanya ungkapan bahwa sesungguhnya kebenaran sejarah itu adalah sesuatu yang tidak pernah ada. Karena seperti di negeri tercinta ini, sejarah amat sangat ditentukan dan tergantung menurut versi rezim siapa yang sedang memegang kekuasaan.
... Merdeka!!!
Wednesday, May 16, 2007
Secret Admirer
… tentang seorang anak muda yang jatuh cinta dengan sebuah bintang. Dia berdiri dekat laut, diulurkannya tangannya dan berdoa pada bintang tersebut, memimpikan bintang itu, dan mengarahkan semua pikirannya pada bintang itu. Tetapi dia tahu, atau merasa tahu, bahwa sebuah bintang tidak dapat dikuasai oleh manusia. Dia menganggap takdirnya adalah untuk mencintai benda yang sangat menyenangkan tanpa harapan untuk memilikinya …
(kutipan novel Demian: The Story of Emil Sinclair’s Youth; karya Hermann Hesse (1877-1962), pemenang hadiah Nobel Sastra 1946)
secret kb. rahasia
admirer kb. 1 pengagum. 2 penggemar. 3 pemuja.
secret admirer; dengan demikian bisa diartikan sebagai seorang pengagum, penggemar atau pemuja terhadap sesuatu namun secara rahasia, secara diam-diam tanpa diketahui atau ingin diketahui orang lain. Sesuatu ini bisa dalam macam-macam bentuk, seperti barang, lokasi tempat, situasi dan lain-lain, sampai pada konotasi yang paling umum yaitu terhadap lawan jenis, tanpa harus melihat batasan umur, status, etika dan lain sebagainya.
Mengapa harus secara rahasia? Tentunya dengan berbagai ragam alasan, misalnya seperti ada perasaan malu, menunggu saat yang dirasa tepat untuk mengungkapkan, sesuatu tersebut sudah menjadi milik orang lain atau seperti kutipan novel Hesse diatas, ada kesadaran bahwa sesuatu yang dikagumi tersebut hanya bisa diimpikan tanpa dapat dikuasai, dll.
Jika kita putar kembali masa kehidupan kita, mungkin semua orang pernah mengalami berada pada situasi perasaan seperti itu. Semisal kalo gue pribadi harus membuat daftar, rasanya nggak akan cukup cuma 1 lembar kertas buat nulis siapa-siapa saja orang yang pernah gue kagumi, gemari dan puja secara diam-diam selama rentang hidup gue. Mulai dari tetangga, teman di TK, adik kelas dan kakak kelas di SD, teman SMP, guru sekolah, ortu teman, artis yang cuma bisa dilihat di majalah dan TV dan lain-lain, termasuk sampe ke anaknya penjual jajanan di kantin sekolah dan pembantu rumah tangga sebelah rumah. :-P
Kenapa gue nulis ihwal secret admirer?
Secara gue baru aja nemuin, salah satu orang yang pernah ‘secretly’ gue ‘admire’ di masa lalu, ternyata sekarang ini udah jadi ibu dari 3 anak! ... weleh weleh …
Tapi bukan itu aja. Satu yang bikin gue sempet shock tapi akhirnya nggak bisa nahan senyum-senyum sendiri. Itu loh … bodynya dia! ... koq bisa jadi extra size dan extra wide yak???? Nggak kebayang kalo dia itu orang yang sama yang pernah ngisi fantasi-fantasi liar nan abstrak di masa-masa gue bocah beranjak remaja sampe dewasa dulu … wakakakaka
Jadi kenapa enggak, sekali-kali cobalah inget-inget satu orang yang pernah kita taksir di masa lalu, yang udah bertahun-tahun nggak pernah kita liat tampangnya (semakin lama semakin oke, karena pasti tambah bikin penasaran). Cari tahu gimana keadaannya sekarang, trus coba cari cara bisa ketemu langsung dengan dia.
Try it … and feel the sensation!
(kutipan novel Demian: The Story of Emil Sinclair’s Youth; karya Hermann Hesse (1877-1962), pemenang hadiah Nobel Sastra 1946)
secret kb. rahasia
admirer kb. 1 pengagum. 2 penggemar. 3 pemuja.
secret admirer; dengan demikian bisa diartikan sebagai seorang pengagum, penggemar atau pemuja terhadap sesuatu namun secara rahasia, secara diam-diam tanpa diketahui atau ingin diketahui orang lain. Sesuatu ini bisa dalam macam-macam bentuk, seperti barang, lokasi tempat, situasi dan lain-lain, sampai pada konotasi yang paling umum yaitu terhadap lawan jenis, tanpa harus melihat batasan umur, status, etika dan lain sebagainya.
Mengapa harus secara rahasia? Tentunya dengan berbagai ragam alasan, misalnya seperti ada perasaan malu, menunggu saat yang dirasa tepat untuk mengungkapkan, sesuatu tersebut sudah menjadi milik orang lain atau seperti kutipan novel Hesse diatas, ada kesadaran bahwa sesuatu yang dikagumi tersebut hanya bisa diimpikan tanpa dapat dikuasai, dll.
Jika kita putar kembali masa kehidupan kita, mungkin semua orang pernah mengalami berada pada situasi perasaan seperti itu. Semisal kalo gue pribadi harus membuat daftar, rasanya nggak akan cukup cuma 1 lembar kertas buat nulis siapa-siapa saja orang yang pernah gue kagumi, gemari dan puja secara diam-diam selama rentang hidup gue. Mulai dari tetangga, teman di TK, adik kelas dan kakak kelas di SD, teman SMP, guru sekolah, ortu teman, artis yang cuma bisa dilihat di majalah dan TV dan lain-lain, termasuk sampe ke anaknya penjual jajanan di kantin sekolah dan pembantu rumah tangga sebelah rumah. :-P
Kenapa gue nulis ihwal secret admirer?
Secara gue baru aja nemuin, salah satu orang yang pernah ‘secretly’ gue ‘admire’ di masa lalu, ternyata sekarang ini udah jadi ibu dari 3 anak! ... weleh weleh …
Tapi bukan itu aja. Satu yang bikin gue sempet shock tapi akhirnya nggak bisa nahan senyum-senyum sendiri. Itu loh … bodynya dia! ... koq bisa jadi extra size dan extra wide yak???? Nggak kebayang kalo dia itu orang yang sama yang pernah ngisi fantasi-fantasi liar nan abstrak di masa-masa gue bocah beranjak remaja sampe dewasa dulu … wakakakaka
Jadi kenapa enggak, sekali-kali cobalah inget-inget satu orang yang pernah kita taksir di masa lalu, yang udah bertahun-tahun nggak pernah kita liat tampangnya (semakin lama semakin oke, karena pasti tambah bikin penasaran). Cari tahu gimana keadaannya sekarang, trus coba cari cara bisa ketemu langsung dengan dia.
Try it … and feel the sensation!
Tuesday, March 27, 2007
Tips: Koleksi MP3 Hemat Ruang Hardisk
Bagi yang sehari-hari beraktifitas menggunakan komputer, tentu banyak yang memiliki kebiasaan bekerja sambil mendengarkan musik lagu-lagu kesayangan dari koleksi MP3 di komputer.
Tidak jarang kita menyimpan puluhan, ratusan bahkan sampai ribuan lagu, yang tentu saja menyita cukup banyak ruang di hardisk komputer. Walaupun file berekstensi MP3 adalah file yang sudah terkompres, tetap saja jika jumlahnya banyak tentu menjadi ukuran yang sangat besar di dalam hardisk.
Pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ruang lapang pada hardisk atau pada komputer-komputer lawas dengan ukuran hardisk terbatas, jalan paling mudah dan murah untuk menambah ruang hardisk yang umum diambil adalah dengan menghapus file-file lama yang sudah tidak terpakai atau memindahkan ke media penyimpanan lain seperti CD, flashdisk atau media penyimpanan lainnya. Tidak jarang beberapa lagu koleksi MP3 kita pun mau tak mau harus dikorbankan untuk itu.
Namun sebelum lagu koleksi MP3 kita hapus atau pindahkan, tidak ada salahnya tips berikut ini coba dijalankan lebih dahulu. Dengan cara mengurangi ukuran file MP3 kita, siapa tahu lagu kesayangan kita tidak perlu dihapus dan tetap bisa kita nikmati sambil mengerjakan pekerjaan kita.
Bagaimana cara mengurangi ukuran file MP3? relatif mudah. Cukup dengan memanfaatkan beberapa software gratisan (freeware) yang tersedia di internet, kita bisa mengurangi ukuran file MP3 kita dan membuat lebih lapang ruang di hardisk komputer.
1. Menurunkan Bit Rate
Cara yang paling lazim digunakan untuk mengurangi besar ukuran file MP3 adalah dengan menurunkan Bit Rate-nya. Ukuran Bit Rate ini bisa dilihat pada player (Winamp, Media Player, dll) saat lagu dijalankan, atau jika komputer menggunakan sistem operasi Windows XP, bisa dilihat dari View – Details, kemudian klik kanan bar Name dan pilih Bit Rate. File MP3 pada umumnya mempunyai Bit Rate sebesar 128 kbps.
Untuk menurunkan Bit Rate bisa dipilih Musicmatch Jukebox yang bisa diunduh (download) di http://www.musicmatch.com. Aplikasi ini berfungsi utama sebagai media player, tapi juga menyediakan fasilitas untuk konversi file MP3, WAV dan mp3PRO. Ada pilihan Free yang gratis dan Plus yang berbayar untuk aplikasi ini. Namun yang Free saja rasanya sudah cukup lengkap fasilitasnya. Saat ini saya masih menggunakan versi 7.5 yang sudah cukup lawas tapi masih cukup ampuh digunakan di komputer uzur saya.
Untuk merubah Bit Rate cukup dengan klik File – Convert Files. Ada pilihan ‘Source Directory’ file MP3 yang ingin dirubah dan ‘Destination Directory’ untuk memilih folder tempat meletakkan file yang telah dirubah. Tekan ‘Select All’ jika ingin memilih semua file untuk dirubah. Jika ingin memilih file tertentu, tekan [Ctrl] di keyboard dan klik file yang dipilih. Apabila masih ingin menyimpan file aslinya, sebaiknya tempatkan ‘Destination’ pada folder yang berbeda dari ‘Source’ agar file asli tidak tertimpa file hasil konversi.
Pastikan ‘Destination Data Type’ adalah MP3 dan pada slider dibawahnya, tentukan Bit Rate yang diinginkan (dari default 128 kbps), kemudian klik Start.
Biasanya saya turunkan Bit Rate ke angka 96 kbps. Pada angka ini, ukuran file yang terpangkas cukup besar tanpa banyak mengurangi kualitas suaranya yang terdengar. Bila kualitas suara bukan merupakan prioritas, berdasarkan pengalaman, file yang diturunkan sampai 56 kbps pun masih baik didengar untuk komputer dengan memory rendah, soundcard onboard dan speaker system low-end standar atau yang ‘biasa-biasa saja’.
Hanya saja, saya tidak menyarankan file MP3 56 kbps ke bawah untuk digunakan pada MP3 player. Pada MP3 player kebanyakan, beberapa file MP3 56 kbps bisa jadi terdengar seperti terputus-putus walaupun terdengar baik bila dimainkan di komputer.
Catatan:
Bila file MP3 diturunkan ke 20, 18, 16 atau 8 kbps, file menjadi 1 track (mono). Ini bisa dimanfaatkan bila ingin menempelkan (embed) file MP3 ke dalam aplikasi lain, seperti Flash, PowerPoint, dll untuk mengurangi dan tidak memberatkan ukuran file.
2. Membuang durasi yang tidak diperlukan
Pada satu lagu, umumnya ada jeda waktu beberapa detik di awal sebelum dimulai lagu dan di akhir setelah lagu selesai. Untuk mengurangi ukuran file MP3, dapat juga disiasati dengan membuang jeda waktu yang terlalu lama, baik di awal atau akhir lagu. Yang biasa saya lakukan adalah dengan mengatur jeda waktu 1 detik di awal lagu dan 2 detik di akhir lagu. Dapat juga dengan pola lain, misalnya 0.5 detik di awal dan 1 detik di akhir lagu, dst.
Untuk ini, saya gunakan software gratis Audacity yang diunduh dari http://audacity.sourceforge.net. Untuk memotong jeda waktu yang tidak diperlukan, cukup dengan memblok durasi yang ingin dibuang dengan mouse atau dengan memanfaatkan kombinasi tombol [Ctrl], [Shift] dan tombol panah ke kanan atau kiri di keyboard kemudian tekan [Delete].
Catatan:
Anda harus berhati-hati menentukan titik awal dan akhir lagu yang tepat, bila tidak ingin lagu terdengar seperti masuk tiba-tiba atau berakhir terputus tiba-tiba. Lebih baik gunakan earphone daripada speaker saat mengedit untuk mendengarkan ketepatan suara yang lebih baik. Jika diperlukan, agar lagu terdengar mulus saat masuk dan saat berakhir, gunakan fasilitas Fade In untuk awal lagu atau Fade Out untuk akhir lagu. Caranya dengan memblok sepersekian detik bagian awal lagu atau akhir lagu kemudian pilih Effect – Fade In atau Fade Out.
Sebagai alternatif lain, bisa digunakan aplikasi Sonic Foundry Sound Forge atau yang sekarang namanya menjadi Sony Sound Forge. Software ini sangat baik digunakan untuk mengedit lagu, hanya saja aplikasi ini tidak gratis, tapi berbayar. Bagi yang mampu, rasanya software ini layak menjadi pilihan utama. Saya masih menggunakan versi lawas Sonic Foundry Sound Forge 6. Saat ini versi terakhir aplikasi ini adalah Sony Sound Forge 8.
3. Hapus ID3 Tag
Perhatikan pula apakah pada file MP3 yang anda miliki terdapat ID3 Tag yang berisi informasi judul lagu, nama artis, judul album, tahun, genre, dll dari lagu tersebut. Bila ada, tahukah anda dengan menghapus ID3 Tag anda bisa mengurangi ukuran file? Memang tidak besar, hanya mengurangi ukuran satu file MP3 sekitar 2 kb saja. Tapi bayangkan jika ada 1000 lagu berformat MP3 di hardisk, anda bisa lumayan menghemat ruang sebesar 2000 kb atau sampai 2 MB! setara dengan 1 lagu MP3 dengan Bit Rate 128 kbps berdurasi kurang lebih 2 menit.
Buat anda pengguna Winamp, ID3 Tag bisa dilihat dan dihapus dengan cara klik kanan mouse pada lagu dalam Playlist, pilih View File Info kemudian hilangkan tanda check pada checkbox ‘ID3v1 Tag’ dan ‘ID3v2 Tag’ lalu klik Update. Namun cara ini cukup menyita waktu karena harus dilakukan satu per satu lagu.
Agar lebih cepat, gunakan saja software yang mampu menghapus ID3 Tag file MP3 dalam jumlah banyak sekaligus. Software gratis Multi ID3 Tag Editor yang diunduh dari http://stud.usv.ro/~alexbu bisa menjadi pilihan. Selain bisa menyingkat waktu dan mudah digunakan, setup filenya pun hanya 835 kb.
Setelah diinstal, bukalah aplikasi ini, Add lagu yang ingin dihapus ID3 Tag-nya ke dalam Playlist, pilih Select All kemudian klik Remove ID3 Tags – Remove All ID3v1 & ID3v2 Tags. Klik Yes untuk mulai menghapus.
Catatan:
Sebelum anda menghapus, pastikan anda benar-benar TIDAK MEMBUTUHKAN informasi dari ID3 Tag file-file tersebut jika tidak ingin menyesal nantinya. Karena bagi sebagian orang, ID3 Tag ini justru menjadi bagian paling penting dalam sebuah file MP3. Pastikan juga file name MP3 anda sudah mencakup judul lagu dan penyanyinya. Jika tidak, MP3 dengan file name “Track 01” misalnya, tanpa informasi ID3 Tag tentu akan membuat kebingungan.
4. Tips Tambahan
Terakhir, saya ingin menambahkan tips untuk membuat kita lebih nyaman menikmati lagu-lagu kesayangan lewat komputer.
Bila anda dengarkan, seringkali ada perbedaan volume suara antara satu lagu dengan lagu lainnya, satu lagu mungkin terdengar lebih keras atau lebih pelan dibanding lagu lain, sehingga mau tak mau kita harus merubah-rubah Volume Control komputer atau player saat pergantian lagu.
Jika hal itu merepotkan dan membuat kurang nyaman untuk menikmati lagu, maka sebaiknya kita seragamkan saja volume lagu koleksi lagu MP3 kita.
Untuk itu saya rekomendasikan gunakan software gratis MP3Gain yang bisa diunduh di situs http://mp3gain.sourceforge.net. Dengan aplikasi ini, volume lagu MP3 bisa dibuat sama dengan cara mudah. Hanya dengan memasukkan semua koleksi file lagu-lagu MP3 kita dalam aplikasi ini (sebelumnya pastikan file MP3 kita TIDAK beratribut Read Only), kemudian tentukan Volume yang kita inginkan dan klik Gain, tunggu prosesnya sampai selesai, maka semua koleksi MP3 kita otomatis mempunyai volume sama. Kita tidak perlu repot lagi membesarkan atau mengecilkan volume saat pergantian lagu.
Catatan:
Saran saya, gunakan saja Volume default 89 dB sebagai patokan. Volume yang terlalu tinggi pada lagu bisa membuat Clipping alias suara yang terlalu keras, yang terdengar kasar dan pecah.
Setelah semua proses diatas selesai, jangan lupa untuk melakukan perawatan standar pada komputer anda. Lakukan Disk Cleanup dan Defragmentation.
Sekarang cobalah bandingkan ukuran file koleksi MP3 kita sebelum dan sesudah langkah-langkah diatas dijalankan. Berkurang cukup banyak bukan? Hardisk jadi lebih lapang dan koleksi lagu-lagu kesayangan lebih nyaman dinikmati. Tanpa harus menghapus lagu kesayangan, siapa tahu kita malah bisa menambah koleksi lagu MP3 di komputer.
Selamat mencoba!
Tidak jarang kita menyimpan puluhan, ratusan bahkan sampai ribuan lagu, yang tentu saja menyita cukup banyak ruang di hardisk komputer. Walaupun file berekstensi MP3 adalah file yang sudah terkompres, tetap saja jika jumlahnya banyak tentu menjadi ukuran yang sangat besar di dalam hardisk.
Pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ruang lapang pada hardisk atau pada komputer-komputer lawas dengan ukuran hardisk terbatas, jalan paling mudah dan murah untuk menambah ruang hardisk yang umum diambil adalah dengan menghapus file-file lama yang sudah tidak terpakai atau memindahkan ke media penyimpanan lain seperti CD, flashdisk atau media penyimpanan lainnya. Tidak jarang beberapa lagu koleksi MP3 kita pun mau tak mau harus dikorbankan untuk itu.
Namun sebelum lagu koleksi MP3 kita hapus atau pindahkan, tidak ada salahnya tips berikut ini coba dijalankan lebih dahulu. Dengan cara mengurangi ukuran file MP3 kita, siapa tahu lagu kesayangan kita tidak perlu dihapus dan tetap bisa kita nikmati sambil mengerjakan pekerjaan kita.
Bagaimana cara mengurangi ukuran file MP3? relatif mudah. Cukup dengan memanfaatkan beberapa software gratisan (freeware) yang tersedia di internet, kita bisa mengurangi ukuran file MP3 kita dan membuat lebih lapang ruang di hardisk komputer.
1. Menurunkan Bit Rate
Cara yang paling lazim digunakan untuk mengurangi besar ukuran file MP3 adalah dengan menurunkan Bit Rate-nya. Ukuran Bit Rate ini bisa dilihat pada player (Winamp, Media Player, dll) saat lagu dijalankan, atau jika komputer menggunakan sistem operasi Windows XP, bisa dilihat dari View – Details, kemudian klik kanan bar Name dan pilih Bit Rate. File MP3 pada umumnya mempunyai Bit Rate sebesar 128 kbps.
Untuk menurunkan Bit Rate bisa dipilih Musicmatch Jukebox yang bisa diunduh (download) di http://www.musicmatch.com. Aplikasi ini berfungsi utama sebagai media player, tapi juga menyediakan fasilitas untuk konversi file MP3, WAV dan mp3PRO. Ada pilihan Free yang gratis dan Plus yang berbayar untuk aplikasi ini. Namun yang Free saja rasanya sudah cukup lengkap fasilitasnya. Saat ini saya masih menggunakan versi 7.5 yang sudah cukup lawas tapi masih cukup ampuh digunakan di komputer uzur saya.
Untuk merubah Bit Rate cukup dengan klik File – Convert Files. Ada pilihan ‘Source Directory’ file MP3 yang ingin dirubah dan ‘Destination Directory’ untuk memilih folder tempat meletakkan file yang telah dirubah. Tekan ‘Select All’ jika ingin memilih semua file untuk dirubah. Jika ingin memilih file tertentu, tekan [Ctrl] di keyboard dan klik file yang dipilih. Apabila masih ingin menyimpan file aslinya, sebaiknya tempatkan ‘Destination’ pada folder yang berbeda dari ‘Source’ agar file asli tidak tertimpa file hasil konversi.
Pastikan ‘Destination Data Type’ adalah MP3 dan pada slider dibawahnya, tentukan Bit Rate yang diinginkan (dari default 128 kbps), kemudian klik Start.
Biasanya saya turunkan Bit Rate ke angka 96 kbps. Pada angka ini, ukuran file yang terpangkas cukup besar tanpa banyak mengurangi kualitas suaranya yang terdengar. Bila kualitas suara bukan merupakan prioritas, berdasarkan pengalaman, file yang diturunkan sampai 56 kbps pun masih baik didengar untuk komputer dengan memory rendah, soundcard onboard dan speaker system low-end standar atau yang ‘biasa-biasa saja’.
Hanya saja, saya tidak menyarankan file MP3 56 kbps ke bawah untuk digunakan pada MP3 player. Pada MP3 player kebanyakan, beberapa file MP3 56 kbps bisa jadi terdengar seperti terputus-putus walaupun terdengar baik bila dimainkan di komputer.
Catatan:
Bila file MP3 diturunkan ke 20, 18, 16 atau 8 kbps, file menjadi 1 track (mono). Ini bisa dimanfaatkan bila ingin menempelkan (embed) file MP3 ke dalam aplikasi lain, seperti Flash, PowerPoint, dll untuk mengurangi dan tidak memberatkan ukuran file.
2. Membuang durasi yang tidak diperlukan
Pada satu lagu, umumnya ada jeda waktu beberapa detik di awal sebelum dimulai lagu dan di akhir setelah lagu selesai. Untuk mengurangi ukuran file MP3, dapat juga disiasati dengan membuang jeda waktu yang terlalu lama, baik di awal atau akhir lagu. Yang biasa saya lakukan adalah dengan mengatur jeda waktu 1 detik di awal lagu dan 2 detik di akhir lagu. Dapat juga dengan pola lain, misalnya 0.5 detik di awal dan 1 detik di akhir lagu, dst.
Untuk ini, saya gunakan software gratis Audacity yang diunduh dari http://audacity.sourceforge.net. Untuk memotong jeda waktu yang tidak diperlukan, cukup dengan memblok durasi yang ingin dibuang dengan mouse atau dengan memanfaatkan kombinasi tombol [Ctrl], [Shift] dan tombol panah ke kanan atau kiri di keyboard kemudian tekan [Delete].
Catatan:
Anda harus berhati-hati menentukan titik awal dan akhir lagu yang tepat, bila tidak ingin lagu terdengar seperti masuk tiba-tiba atau berakhir terputus tiba-tiba. Lebih baik gunakan earphone daripada speaker saat mengedit untuk mendengarkan ketepatan suara yang lebih baik. Jika diperlukan, agar lagu terdengar mulus saat masuk dan saat berakhir, gunakan fasilitas Fade In untuk awal lagu atau Fade Out untuk akhir lagu. Caranya dengan memblok sepersekian detik bagian awal lagu atau akhir lagu kemudian pilih Effect – Fade In atau Fade Out.
Sebagai alternatif lain, bisa digunakan aplikasi Sonic Foundry Sound Forge atau yang sekarang namanya menjadi Sony Sound Forge. Software ini sangat baik digunakan untuk mengedit lagu, hanya saja aplikasi ini tidak gratis, tapi berbayar. Bagi yang mampu, rasanya software ini layak menjadi pilihan utama. Saya masih menggunakan versi lawas Sonic Foundry Sound Forge 6. Saat ini versi terakhir aplikasi ini adalah Sony Sound Forge 8.
3. Hapus ID3 Tag
Perhatikan pula apakah pada file MP3 yang anda miliki terdapat ID3 Tag yang berisi informasi judul lagu, nama artis, judul album, tahun, genre, dll dari lagu tersebut. Bila ada, tahukah anda dengan menghapus ID3 Tag anda bisa mengurangi ukuran file? Memang tidak besar, hanya mengurangi ukuran satu file MP3 sekitar 2 kb saja. Tapi bayangkan jika ada 1000 lagu berformat MP3 di hardisk, anda bisa lumayan menghemat ruang sebesar 2000 kb atau sampai 2 MB! setara dengan 1 lagu MP3 dengan Bit Rate 128 kbps berdurasi kurang lebih 2 menit.
Buat anda pengguna Winamp, ID3 Tag bisa dilihat dan dihapus dengan cara klik kanan mouse pada lagu dalam Playlist, pilih View File Info kemudian hilangkan tanda check pada checkbox ‘ID3v1 Tag’ dan ‘ID3v2 Tag’ lalu klik Update. Namun cara ini cukup menyita waktu karena harus dilakukan satu per satu lagu.
Agar lebih cepat, gunakan saja software yang mampu menghapus ID3 Tag file MP3 dalam jumlah banyak sekaligus. Software gratis Multi ID3 Tag Editor yang diunduh dari http://stud.usv.ro/~alexbu bisa menjadi pilihan. Selain bisa menyingkat waktu dan mudah digunakan, setup filenya pun hanya 835 kb.
Setelah diinstal, bukalah aplikasi ini, Add lagu yang ingin dihapus ID3 Tag-nya ke dalam Playlist, pilih Select All kemudian klik Remove ID3 Tags – Remove All ID3v1 & ID3v2 Tags. Klik Yes untuk mulai menghapus.
Catatan:
Sebelum anda menghapus, pastikan anda benar-benar TIDAK MEMBUTUHKAN informasi dari ID3 Tag file-file tersebut jika tidak ingin menyesal nantinya. Karena bagi sebagian orang, ID3 Tag ini justru menjadi bagian paling penting dalam sebuah file MP3. Pastikan juga file name MP3 anda sudah mencakup judul lagu dan penyanyinya. Jika tidak, MP3 dengan file name “Track 01” misalnya, tanpa informasi ID3 Tag tentu akan membuat kebingungan.
4. Tips Tambahan
Terakhir, saya ingin menambahkan tips untuk membuat kita lebih nyaman menikmati lagu-lagu kesayangan lewat komputer.
Bila anda dengarkan, seringkali ada perbedaan volume suara antara satu lagu dengan lagu lainnya, satu lagu mungkin terdengar lebih keras atau lebih pelan dibanding lagu lain, sehingga mau tak mau kita harus merubah-rubah Volume Control komputer atau player saat pergantian lagu.
Jika hal itu merepotkan dan membuat kurang nyaman untuk menikmati lagu, maka sebaiknya kita seragamkan saja volume lagu koleksi lagu MP3 kita.
Untuk itu saya rekomendasikan gunakan software gratis MP3Gain yang bisa diunduh di situs http://mp3gain.sourceforge.net. Dengan aplikasi ini, volume lagu MP3 bisa dibuat sama dengan cara mudah. Hanya dengan memasukkan semua koleksi file lagu-lagu MP3 kita dalam aplikasi ini (sebelumnya pastikan file MP3 kita TIDAK beratribut Read Only), kemudian tentukan Volume yang kita inginkan dan klik Gain, tunggu prosesnya sampai selesai, maka semua koleksi MP3 kita otomatis mempunyai volume sama. Kita tidak perlu repot lagi membesarkan atau mengecilkan volume saat pergantian lagu.
Catatan:
Saran saya, gunakan saja Volume default 89 dB sebagai patokan. Volume yang terlalu tinggi pada lagu bisa membuat Clipping alias suara yang terlalu keras, yang terdengar kasar dan pecah.
Setelah semua proses diatas selesai, jangan lupa untuk melakukan perawatan standar pada komputer anda. Lakukan Disk Cleanup dan Defragmentation.
Sekarang cobalah bandingkan ukuran file koleksi MP3 kita sebelum dan sesudah langkah-langkah diatas dijalankan. Berkurang cukup banyak bukan? Hardisk jadi lebih lapang dan koleksi lagu-lagu kesayangan lebih nyaman dinikmati. Tanpa harus menghapus lagu kesayangan, siapa tahu kita malah bisa menambah koleksi lagu MP3 di komputer.
Selamat mencoba!
Tuesday, March 13, 2007
Dunia Kita ... atau Dunia Mereka (?)
Siang tadi sempat sekilas menyimak acara DUNIA KITA dari VOA (Voice of America) News Indonesia yang tayang di MetroTV pukul 11.30-12.00 wib. Kebetulan tema hari ini tentang pedagang kaki lima dan pasar tradisional di Washington DC, ibukota Amerika Serikat.
Menariknya, 1 orang turis lokal, yang ditanya kesannya saat berbelanja di pedagang kaki lima, kurang lebih mengatakan senang karena dengan membeli dari kaki lima setidaknya ia juga bisa membantu kehidupan pedagang kaki lima tersebut. Rupanya hampir seluruh pedagang kaki lima yang berjualan di Washington DC adalah kaum imigran, terutama asal Timur Tengah dan Afrika.
Begitu juga 1 orang pengunjung pasar tradisional yang diwawancara mengapa pergi ke pasar tradisional menjawab, selain karena barang dagangannya lebih segar, juga karena bisa membantu para petani yang hasil pertaniannya dijual di pasar tersebut. Rupanya pasar tradisional menjadi sarana para petani kecil disana untuk memasarkan hasil produksinya, sementara hanya petani besar sanggup menjadi pemasok bagi supermarket dan pusat perbelanjaan modern lainnya.
Itu di Washington DC! Bagaimana dengan kita di Indonesia, khususnya yang tinggal di ibukota Jakarta?
Pernahkah kita juga memikirkan kehidupan para pedagang kaki lima bersama keluarganya, dan membeli dengan niat hati membantu kehidupan mereka?
Atau pergi berbelanja ke pasar tradisional, dengan niat hati membantu kehidupan petani kita, nelayan kita atau siapapun juga yang hasil keringatnya kita konsumsi dan nikmati setiap hari???
Menariknya, 1 orang turis lokal, yang ditanya kesannya saat berbelanja di pedagang kaki lima, kurang lebih mengatakan senang karena dengan membeli dari kaki lima setidaknya ia juga bisa membantu kehidupan pedagang kaki lima tersebut. Rupanya hampir seluruh pedagang kaki lima yang berjualan di Washington DC adalah kaum imigran, terutama asal Timur Tengah dan Afrika.
Begitu juga 1 orang pengunjung pasar tradisional yang diwawancara mengapa pergi ke pasar tradisional menjawab, selain karena barang dagangannya lebih segar, juga karena bisa membantu para petani yang hasil pertaniannya dijual di pasar tersebut. Rupanya pasar tradisional menjadi sarana para petani kecil disana untuk memasarkan hasil produksinya, sementara hanya petani besar sanggup menjadi pemasok bagi supermarket dan pusat perbelanjaan modern lainnya.
Itu di Washington DC! Bagaimana dengan kita di Indonesia, khususnya yang tinggal di ibukota Jakarta?
Pernahkah kita juga memikirkan kehidupan para pedagang kaki lima bersama keluarganya, dan membeli dengan niat hati membantu kehidupan mereka?
Atau pergi berbelanja ke pasar tradisional, dengan niat hati membantu kehidupan petani kita, nelayan kita atau siapapun juga yang hasil keringatnya kita konsumsi dan nikmati setiap hari???
Wednesday, March 07, 2007
Tentang Hati (di Republik ini)
sakitnya menjadi
semakin tak tertahan lagi
aku iris dada ini
aku belah dada ini
aku ambil hati yang sakit ini
ternyata sudah meradang oleh sejuta tanya
yang tak satu pun pernah beroleh jawab
aku bawa hati yang sakit ini
ke tempat yang mereka sebut rumah rakyat
aku letakkan hati yang meradang ini
diatas meja mereka yang menyebut diri wakil rakyat
wakil kita
“hati ini sakit karena letih terus meradang tanya,
tolonglah bantu mendapatkan jawaban pasti”
sebagian lalu mengiris dan membelah dada
ikut mengambil hati mereka
menunjukkan sambil berpadu suara
“kami pun mencari jawaban,
kami tak punya kuasa atas semua,
kami punya keterbatasan,
kami bukan sang penguasa,
kami bukan sang nomor satu”
sebagian lain mencibir mulutnya
sebagian sembunyi di bawah kursinya
aku bawa hati yang sakit ini lagi
kepada yang mereka sebut sang nomor satu
aku letakkan hati yang semakin meradang ini
diatas lantai di depan singgasananya
sang nomor satu tercenung
sebelum aku sempat berujar dia berkata
“taruhlah hatimu pada dinding istana,
biar kami semua penghuni istana ini,
lantas teringat dan bisa menulis jawabnya”
aku bawa hati yang sakit ini sekali lagi
menuju dinding yang mengelilingi istana
semakin dekat aku semakin bergidik
dinding istana republik ini
yang terlihat kokoh dari kejauhan
ternyata tersusun dari tumpukan hati
ribuan mungkin jutaan jumlahnya
tumpukan hati manusia yang sakit
karena tertindas
karena teraniaya
karena tersingkirkan
karena tergusur
karena terdiskriminasi
yang bertanya tanpa pernah beroleh jawab
hingga terbiar terlupa ditelan waktu
sampai akhirnya membusuk dan mati
*)
terinspirasi puisi ‘BERHATI TAK BERPERASAAN’ karya Remy Silado
didedikasikan untuk korban penghilangan paksa 13 aktivis pada masa 1997-1998
“Kita pahlawan di saat kita jadi yang seharusnya
melawan kekuasaan yang berubah jadi kekerasan”
(Remy Silado – BERHATI TAK BERPERASAAN)
semakin tak tertahan lagi
aku iris dada ini
aku belah dada ini
aku ambil hati yang sakit ini
ternyata sudah meradang oleh sejuta tanya
yang tak satu pun pernah beroleh jawab
aku bawa hati yang sakit ini
ke tempat yang mereka sebut rumah rakyat
aku letakkan hati yang meradang ini
diatas meja mereka yang menyebut diri wakil rakyat
wakil kita
“hati ini sakit karena letih terus meradang tanya,
tolonglah bantu mendapatkan jawaban pasti”
sebagian lalu mengiris dan membelah dada
ikut mengambil hati mereka
menunjukkan sambil berpadu suara
“kami pun mencari jawaban,
kami tak punya kuasa atas semua,
kami punya keterbatasan,
kami bukan sang penguasa,
kami bukan sang nomor satu”
sebagian lain mencibir mulutnya
sebagian sembunyi di bawah kursinya
aku bawa hati yang sakit ini lagi
kepada yang mereka sebut sang nomor satu
aku letakkan hati yang semakin meradang ini
diatas lantai di depan singgasananya
sang nomor satu tercenung
sebelum aku sempat berujar dia berkata
“taruhlah hatimu pada dinding istana,
biar kami semua penghuni istana ini,
lantas teringat dan bisa menulis jawabnya”
aku bawa hati yang sakit ini sekali lagi
menuju dinding yang mengelilingi istana
semakin dekat aku semakin bergidik
dinding istana republik ini
yang terlihat kokoh dari kejauhan
ternyata tersusun dari tumpukan hati
ribuan mungkin jutaan jumlahnya
tumpukan hati manusia yang sakit
karena tertindas
karena teraniaya
karena tersingkirkan
karena tergusur
karena terdiskriminasi
yang bertanya tanpa pernah beroleh jawab
hingga terbiar terlupa ditelan waktu
sampai akhirnya membusuk dan mati
*)
terinspirasi puisi ‘BERHATI TAK BERPERASAAN’ karya Remy Silado
didedikasikan untuk korban penghilangan paksa 13 aktivis pada masa 1997-1998
“Kita pahlawan di saat kita jadi yang seharusnya
melawan kekuasaan yang berubah jadi kekerasan”
(Remy Silado – BERHATI TAK BERPERASAAN)
Saturday, February 10, 2007
PEQUE PRIX
Satu lagi acara TV yang akhir-akhir ini jarang banget gw lewatin ... PEQUE PRIX di Global TV tiap hari mulai jam 19.00 wib.
Awalnya cuma iseng-iseng liat karena host-nya, Miriam Dominguez, cantik n seksi ... (duh kalo dia lagi megang microphone koq serasa gimana gitchu! :P) ... tambah lagi asisten cewe-nya, Pilar Soto, yang rambutnya pirang n giginya kayak kelinci, tapi ... wow ... kalo pinjem istilah Arek Malang, komes abiiissss ... !! (hehe ... tinggal dibalik hurufnya!)
Tapi, seperti juga kata pepatah 'dari mata turun ke hati' (cieee ...). Dari cuma sekedar ngeliatin tante Miriam n mba' Pilar, lama-lama gw temuin banyak kelebihan laen dari acara ini.
Intinya ini acara kompetisi antar sekolah (mungkin setingkat SD) di Spanyol. 2 sekolah yang berhadapan saling bertanding dalam permainan-permainan yang menarik. Sekolah-sekolah yang menang diurutkan berdasarkan nilai yang diraih. Di akhir musim, 2 sekolah yang mendapat nilai tertinggi maju ke grand final memperebutkan juara.
Peserta tidak saja diadu dalam permainan yang mengandalkan fisik dan kecepatan, tapi juga diuji dengan pertanyaan2 seputar pengetahuan umum dan sejarah.
Seimbang antara fisik dan intelektual, perpaduan antara bermain, olahraga, uji pengetahuan dan unsur pendidikan.
Yang kalah dalam permainan tetap mendapat nilai dan sekolah yang nilainya lebih rendah tetap mendapat medali dan piagam. Sportif!
Selain itu dalam beberapa permainan juga dimasukkan unsur-unsur budaya dan kehidupan masyarakat Spanyol, seperti sepakbola, banteng matador dan rodeo. Semua dikemas dalam setting yang khas anak-anak, dengan dominasi warna-warna cerah, terutama biru dan kuning, yang juga dipakai untuk tanda masing-masing sekolah yang bertanding.
Didukung pula oleh theme song menarik yang ceria n mudah diingat, hingga sering tanpa sadar gw bersenandung:
.. Peque .. Peque .. Peque Prix .. Peque .. Peque Prix ..
Cuma satu sayangnya, koq di-alih suara pake bahasa Indo?
Jadi kurang greget, ramenya suasana n supporter gak keliatan,
plus gak bisa denger suara tante Miriam n mba' Pilar cas cis cus bahasa Spanyol
(teteeep ... !) :P
Sunday, January 21, 2007
Walk On ... Walk On ...
Big Match Result:
Liverpool 2 (Kuyt, Pennant)
Chelsea 0
WALK ON ...
WALK ON ...
WITH HOPE IN YOUR HEART
AND YOU'LL NEVER WALK ALONE
YOU'LL NEVER WALK ALONE
Liverpool 2 (Kuyt, Pennant)
Chelsea 0
WALK ON ...
WALK ON ...
WITH HOPE IN YOUR HEART
AND YOU'LL NEVER WALK ALONE
YOU'LL NEVER WALK ALONE
Subscribe to:
Posts (Atom)